Ringkasan materi Hukum termodinamika By:Dultif
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan termodinamika ?? Jika anda belum mengetahuinya anda tepat sekali mengunjungi blog ini . Karena pada kesempatan kali ini disini akan mengulas tentang pengertian termodinamika, prinsip termodinamika, sistem termodinamika, hukum termodinamika, dan rumus termodinamika beserta contoh soalnya lengkap. Untuk itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.
Mesin carnot
okorik. Sistem menjalani proses isotermal dari keadaan A sampai B, kemudian menjalani proses isobarik untuk mengubah sistem dari keadaan B ke keadaan C. Akhirnya proses isokorik membuat sistem kembali ke keadaan awalnya (A). Proses dari A ke keadaan B, kemudian ke keadaan C, dan akhirnya kembali ke keadaan A, menyatakan suatu siklus.
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan termodinamika ?? Jika anda belum mengetahuinya anda tepat sekali mengunjungi blog ini . Karena pada kesempatan kali ini disini akan mengulas tentang pengertian termodinamika, prinsip termodinamika, sistem termodinamika, hukum termodinamika, dan rumus termodinamika beserta contoh soalnya lengkap. Untuk itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.
Pengertian Termodinamika
Termodinamika berasal dari bahasa Yunani
dimana Thermos yang artinya panas dan Dynamic yang artinya perubahan.
Termodinamika adalah suatu ilmu yang menggambarkan usaha untuk mengubah
kalor (perpindahan energi yang disebabkan perbedaan suhu) menjadi
energi serta sifat-sifat pendukungnya. Termodinamika berhubungan erat
dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.
Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik. Cabang ilmu
fisika ini mempelajari suatu pertukaran energi dalam bentuk kalor dan
kerja, sistem pembatas dan lingkungan. Aplikasi dan penerapan
termodinamika bisa terjadi pada tubuh manusia, peristiwa meniup kopi
panas, perkakas elektronik, Refrigerator, mobil, pembangkit listrik dan
industri.
Prinsip Termodinamika
Prinsip termodinamika sebenarnya
yaitu hal alami yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termodinamika direkayasa
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk mekanisme yang bisa
membantu manusia dalam kegiatannya. Aplikasi termodinamika yang begitu
luas dimungkinkan karena adanya perkembangan ilmu termodinamika sejak
abad 17. Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan pendekatan
makroskopik yakni perilaku umum partikel zat yang menjadi media pembawa
energi.
Sistem-Sistem Termodinamika
Klasifikasi sistem termodinamika
berdasarkan sifat dari batasan dan arus benda, energi dan materi yang
melaluinya. Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang
terjadi antara sistem dan lingkungannya, yakni sebagai berikut :
1. Sistem terbuka
Sistem yang menyebabkan terjadinya
pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda (materi) dengan
lingkungannya. Sistem terbuka ini meliputi peralatan yang melibatkan
adanya suatu aliran massa kedalam atau keluar sistem seperti pada
kompresor, turbin, nozel dan motor bakar. Sistem mesin motor bakar yaitu
ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan
udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem. Pada sistem
terbuka ini, baik massa maupun energi bisa melintasi batas sistem yang
sifatnya permeabel. Dengan demikian, pada sistem ini volume dari sistem
tidak berubah sehingga disebut juga dengan control volume.
Perjanjian yang kita gunakan untuk menganalisis sistem yaitu :
- Untuk panas (Q) bernilai positif jika diberikan kepada sistem dan bernilai negatif bila keluar dari sistem
- Untuk usaha (W) bernilai positif jika keluar dari sistem dan bernilai negatif jika diberikan (masuk) kedalam sistem.
2. Sistem tertutup
Sistem yang mengakibatkan terjadinya
pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran zat
dengan lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas suatu jumlah massa yang
tertentu dimana massa ini tidak bisa melintasi lapis batas sistem.
Tetapi, energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun usaha (work)
bisa melintasi lapis batas sistem tersebut. Dalam sistem tertutup,
walaupun massa tidak bisa berubah selama proses berlangsung, tapi volume
bisa saja berubah disebabkan adanya lapis batas yang bisa bergerak
(moving boundary) pada salah satu bagian dari lapis batas sistem
tersebut. Contoh sistem tertutup yaitu suatu balon udara yang
dipanaskan, dimana massa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya
berubah dan energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon.
Sebagaimana gambar sistem tertutup
dibawah ini, jika panas diberikan kepada sistem (Qin), maka akan terjadi
pengembangan pada zat yang berada didalam sistem. Pengembangan ini akan
mengakibatkan piston akan terdorong ke atas (terjadi Wout). Karena
sistem ini tidak mengizinkan adanya keluar masuk massa kedalam sistem
(massa selalu konstan) maka sistem ini disebut dengan control mass.
Suatu sistem bisa mengalami pertukaran panas atau kerja atau keduanya, biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
- Pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
- Pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
Dikenal juga istilah dinding, ada dua
jenis dinding yaitu dinding adiabatik dan dinding diatermik. Dinding
adiabatik yaitu dinding yang menyababkan kedua zat mencapai suhu yang
sama dalam waktu yang lama (lambat). Untuk dinding adiabatik sempurna
tidak memungkinkan terjadinya suatu pertukaran kalor antara dua zat.
Sedangkan dinding diatermik yaitu dinding yang memungkinkan kedua zat
mencapai suhu yang sama dalam waktu yang singkat (cepat).
3. Sistem terisolasi
Sistem terisolasi ialah sistem yang
menyebabkan tidak terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja dengan
lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam termos dan tabung gas
yang terisolasi. Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak bisa terisolasi
sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit
pencampuran, walaupun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi.
Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama
dengan energi yang keluar dari sistem.
Karakteristik yang menentukan sifat dari
sistem disebut dengan property (koordinat sistem/variabel keadaan
sistem), seperti tekanan (p), temperatur (T), volume (v), masa (m),
viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada juga koordinat
sistem yang didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya seperti,
berat jenis, volume spesifik, panas jenis dan lain-lain. Suatu sistem
bisa berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, jika masing-masing
jenis koordinat sistem tersebut bisa diukur pada semua bagiannya dan
tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state)
tertentu dari sistem, dimana sistem memiliki nilai koordinat yang
tetap. Jika koordinatnya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut
mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan
keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbang (equilibrium).
Hukum-Hukum Termodinamika
Termodinamika mempunyai hukum-hukum
pendukungnya. Hukum-hukum ini menerangkan bagaimana dan apa saja konsep
yang harus diperhatikan. Seperti peristiwa perpindahan panas dan kerja
pada proses termodinamika. Sejak perumusannya, hukum-hukum ini sudah
menjadi hukum penting dalam dunia fisika yang berhubungan dengan
termodinamika. Penerapan hukum-hukum ini juga digunakan dalam berbagai
bidang seperti bidang ilmu lingkungan, otomotif, ilmu pangan, ilmu
kimaia dan lain-lain. Berikut hukum-hukum termodinamika :
1. Hukum I termodinamika (Kekekalan Energi dalam Sistem)
Energi tidak bisa diciptakan maupun
dimusnahkan. Manusia hanya bisa mengubah bentuk energi dari bentuk
energi satu ke energi lainnya. Dalam termodinamika, jika sesuatu
diberikan kalor, maka kalor tersebut akan berguna untuk usaha luar dan
mengubah energi dalam.
Bunyi Hukum I Termodinamika
Bunyi Hukum I Termodinamika
“untuk setiap proses apabila kalor Q
diberikan kepada sistem dan sistem melakukan usaha W, maka akan terjadi
perubahan energi dalam ΔU = Q – W”.
Dimana U menunjukkan sifat dari sebuah
sistem, sedangkan W dan Q tidak. W dan Q bukan fungsi Variabel keadaan,
tetapi termasuk dalam proses termodinamika yang bisa merubah keadaan. U
merupakan fungsi variabel keadaan (P,V,T,n).
W bertanda positif bila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan dan negatif jika menerima usaha lingkungan.
W bertanda positif bila sistem melakukan usaha terhadap lingkungan dan negatif jika menerima usaha lingkungan.
Q bertanda positif jika sistem menerima kalor dari lingkungan dan negatif jika melepas kalor pada lingkungan.
Perubahan energi dari sebuah sistem hanya tergantung pada transfer panas ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan oleh sistem dan tidak bergantung pada proses yang terjadi. Pada hukum ini tidak ada petunjuk adanya arah perubahan dan batasan-batasan lain.
Perubahan energi dari sebuah sistem hanya tergantung pada transfer panas ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan oleh sistem dan tidak bergantung pada proses yang terjadi. Pada hukum ini tidak ada petunjuk adanya arah perubahan dan batasan-batasan lain.
Rumus Hukum Termodinamika I
Secara matematis hukum I termodinamika dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q = ∆U+W
Dengan ketentuan, jika:
Q(+) → sistem menerima kalor
OR → sistem melepas kalor
W(+) → sistem melakukan usaha
W(-) → sistem dikenai usaha
∆U(+) → terjadi penambahan energi dalam
∆U(-) → terjadi penurunan energi dalam
Q(+) → sistem menerima kalor
OR → sistem melepas kalor
W(+) → sistem melakukan usaha
W(-) → sistem dikenai usaha
∆U(+) → terjadi penambahan energi dalam
∆U(-) → terjadi penurunan energi dalam
ΔU = Q − W
Keterangan :
ΔU = perubahan energi dalam (joule)
Q = kalor (joule)
W = usaha (joule)
Keterangan :
ΔU = perubahan energi dalam (joule)
Q = kalor (joule)
W = usaha (joule)
Proses-proses
Isobaris → tekanan tetap
Isotermis → suhu tetap → ΔU = 0
Isokhoris → volume tetap (atau isovolumis atau isometric) → W = 0
Adiabatis → tidak terjadi pertukaran kalor → Q = 0
Siklus → daur → ΔU = 0
Isobaris → tekanan tetap
Isotermis → suhu tetap → ΔU = 0
Isokhoris → volume tetap (atau isovolumis atau isometric) → W = 0
Adiabatis → tidak terjadi pertukaran kalor → Q = 0
Siklus → daur → ΔU = 0
Persamaan Keadaan Gas
Hukum Gay-Lussac
Tekanan tetap → V/T = Konstan → V1/T1 = V2/T2
Tekanan tetap → V/T = Konstan → V1/T1 = V2/T2
Hukum Charles
Volume tetap → P/T = Konstan → P1/T1 = P2/T2
Volume tetap → P/T = Konstan → P1/T1 = P2/T2
Hukum Boyle
Suhu tetap → PV = Konstan → P1V1 = P2V2
Suhu tetap → PV = Konstan → P1V1 = P2V2
P, V, T Berubah (non adiabatis)
(P1V1) / (T1) = (P2V2) / (T2)
(P1V1) / (T1) = (P2V2) / (T2)
Adiabatis
P1V1 γ= P2V2γ
T1V1 γ − 1= T2V2γ − 1
γ = perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap dan volum tetap → γ = Cp/Cv
P1V1 γ= P2V2γ
T1V1 γ − 1= T2V2γ − 1
γ = perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap dan volum tetap → γ = Cp/Cv
Usaha
W = P(ΔV) → Isobaris
W = 0 → Isokhoris
W = nRT ln (V2 / V1) → Isotermis
W = − 3/2 nRΔT → Adiabatis ( gas monoatomik)
W = P(ΔV) → Isobaris
W = 0 → Isokhoris
W = nRT ln (V2 / V1) → Isotermis
W = − 3/2 nRΔT → Adiabatis ( gas monoatomik)
Keterangan :
T = suhu (Kelvin, jangan Celcius)
P = tekanan (Pa = N/m2)
V = volume (m3)
n = jumlah mol
1 liter = 10−3m3
1 atm = 105 Pa ( atau ikut soal!)
Jika tidak diketahui di soal ambil nilai ln 2 = 0,693
T = suhu (Kelvin, jangan Celcius)
P = tekanan (Pa = N/m2)
V = volume (m3)
n = jumlah mol
1 liter = 10−3m3
1 atm = 105 Pa ( atau ikut soal!)
Jika tidak diketahui di soal ambil nilai ln 2 = 0,693
Mesin Carnot
η = ( 1 − Tr / Tt ) x 100 %
η = ( W / Q1 ) x 100%
W = Q1 − Q2
η = ( 1 − Tr / Tt ) x 100 %
η = ( W / Q1 ) x 100%
W = Q1 − Q2
Keterangan :
η = efisiensi mesin Carnot (%)
Tr = suhu reservoir rendah (Kelvin)
Tt = suhu reservoir tinggi (Kelvin)
W = usaha (joule)
Q1 = kalor masuk / diserap reservoir tinggi (joule)
Q2 = kalor keluar / dibuang reservoir rendah (joule)
η = efisiensi mesin Carnot (%)
Tr = suhu reservoir rendah (Kelvin)
Tt = suhu reservoir tinggi (Kelvin)
W = usaha (joule)
Q1 = kalor masuk / diserap reservoir tinggi (joule)
Q2 = kalor keluar / dibuang reservoir rendah (joule)
Contoh Soal
Suatu gas mempunyai volume awal 2,0 m3
dipanaskan dengan kondisi isobaris hingga volume akhirnya menjadi 4,5
m3. Bila tekanan gas yaitu 2 atm, tentukan usaha luar gas tersebut ??
(1 atm = 1,01 x 105 Pa)
(1 atm = 1,01 x 105 Pa)
Pembahasan
Diketahui :
V2 = 4,5 m3
V1 = 2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris → Tekanan Tetap
V2 = 4,5 m3
V1 = 2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris → Tekanan Tetap
Ditanya W ??
Dijawab :
W = P (ΔV)
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0) = 5,05 x 105 joule
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0) = 5,05 x 105 joule
2. Hukum II termodinamika (Arah reaksi sistem dan batasan)
Hukum kedua ini membatasi perubahan
energi mana yang bisa terjadi dan yang tidak. Pembatasan ini dinyatakan
dengan berbagi cara, yaitu :
“Hukum II termodinamika dalam
menyatakan aliran kalorKalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu
tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam
arah kebalikannya”
Hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar.
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar.
Hukum II termodinamika dalam pernyataan
entropi (besaran termodinamika yang menyertai suatu perubahan setiap
keadaan dari awal sampai akhir sistem dan menyatakan ketidakteraturan
suatu sistem)
Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketia proses irreversible terjadi.
Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketia proses irreversible terjadi.
3. Hukum III termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut (temperatur Kelvin) semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.hukum ini jugga menyatakn bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut (temperatur Kelvin) semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.hukum ini jugga menyatakn bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
Mesin carnot
okorik. Sistem menjalani proses isotermal dari keadaan A sampai B, kemudian menjalani proses isobarik untuk mengubah sistem dari keadaan B ke keadaan C. Akhirnya proses isokorik membuat sistem kembali ke keadaan awalnya (A). Proses dari A ke keadaan B, kemudian ke keadaan C, dan akhirnya kembali ke keadaan A, menyatakan suatu siklus.
Apabila siklus tersebut berlangsung
terus menerus, kalor yang diberikan dapat diubah menjadi usaha mekanik.
Tetapi tidak semua kalor dapat diubah menjadi usaha. Kalor yang dapat
diubah menjadi usaha hanya pada bagian yang diarsir (diraster) saja.
Berdasarkan diatas besar usaha yang bermanfaat adalah luas daerah ABCA.
Secara matematis dapat ditulis seperti berikut.
Usaha bernilai positif jika arah proses
dalam siklus searah putaran jam, dan bernilai negatif jika berlawanan
arah putaran jarum jam. Perubahan energi dalam ΔU untuk satu siklus
sama dengan nol ( ΔU = 0) karena keadaan awal sama dengan keadaan
akhir.
Siklus Carnot
Berdasarkan percobaan joule diketahui
bahwa tenaga mekanik dapat seluruhnya diubah menjadi energi kalor.
Namun, apakah energi kalor dapat seluruhnya diubah menjadi energi
mekanik? Adakah mesin yang dapat mengubah kalor seluruhnya menjadi
usaha? Pada tahun 1824, seorang insinyur berkebangsaan Prancis, Nicolas
Leonardi Sadi Carnot, memperkenalkan metode baru untuk meningkatkan
efisiensi suatu mesin berdasarkan siklus usaha. Metode efisiensi Sadi
Carnot ini selanjutnya dikenal sebagai siklus Carnot. Siklus Carnot
terdiri atas empat proses, yaitu dua proses isotermal dan dua proses
adiabatik.
Bentuk Siklus Carnot
Proses Pada Siklus Carnot
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan siklus Carnot sebagai berikut.
- Proses AB adalah pemuaian isotermal pada suhu T1. Pada proses ini sistem menyerap kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan usaha WAB.
- Proses BC adalah pemuaian adiabatik. Selama proses ini berlangsung suhu sistem turun dari T1 menjadi T2 sambil melakukan usaha WBC.
- Proses CD adalah pemampatan isoternal pada suhu T2. Pada proses ini sistem menerima usaha WCD dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2.
- Proses DA adalah pemampatan adiabatik. Selama proses ini suhu sistem naik dari T2 menjadi T1 akibat menerima usaha WDA.
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin
ideal yaitu mesin yang memiliki efisiensi tertinggi yang selanjutnya
disebut mesin Carnot. Usaha total yang dilakukan oleh sistem untuk satu
siklus sama dengan luas daerah di dalam siklus pada diagram p – V.
Mengingat selama proses siklus Carnot sistem menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2, maka usaha yang dilakukan oleh sistem menurut hukum I termodinamika adalah sebagai berikut.
Dalam menilai kinerja suatu mesin, efisiensi merupakan suatu faktor yang penting. Untuk mesin kalor, efisiensi mesin ( η)
ditentukan dari perbandingan usaha yang dilakukan terhadap kalor
masukan yang diberikan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut.
Untuk siklus Carnot berlaku hubungan , sehingga efisiensi mesin Carnot dapat dinyatakan sebagai berikut.
η : efisiensi mesin Carnot
T1 : suhu reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir bersuhu rendah (K)
T1 : suhu reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir bersuhu rendah (K)
Efisiensi mesin Carnot merupakan
efisiensi yang paling besar karena merupakan mesin ideal yang hanya ada
di dalam teori. Artinya, tidak ada mesin yang mempunyai efisien melebihi
efisiensi mesin kalor Carnot. Berdasarkan persamaan di atas terlihat
efisiensi mesin kalor Carnot hanya tergantung pada suhu kedua tandon
atau reservoir. Untuk mendapatkan efisiensi sebesar 100%, suhu tandon T2
harus = 0 K. Hal ini dalam praktik tidak mungkin terjadi. Oleh karena
itu, mesin kalor Carnot adalah mesin yang sangat ideal. Hal ini
disebabkan proses kalor Carnot merupakan proses reversibel. Sedangkan
kebanyakan mesin biasanya mengalami proses irreversibel (tak
terbalikkan) .
0 komentar:
Posting Komentar